- Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin J.E. ).
- Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk).
- Nyeri juga dapat disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan pada reseptor nyeri. (Taylor C. dkk)
Ganong, (1998), mengemukakan proses penghantaran transmisi nyeri yang disalurkan ke susunan syaraf pusat oleh 2 sistem serat (serabut) antara lain:
Terapi es dapat memnurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain. Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segera setelah cedera terjadi. Cohn
dkk. (1989) menunjukkan bahwa saat es diletakkan disekitar lutut segera setelah pembedahan dan selama 4 hari pasca operasi, kebutuhan anlgesik menurun sekitar 50%.
~ Penggunaan panas àmemperlancar sirkulasi ke daerah nyeri, kurang efektif dibanding penggunaan es (Nam & Park, 1991)
- Serabut A – delta (Aδ) Bermielin dengan garis tengah 2 – 5 (m yang menghantar dengan kecepatan 12 – 30 m/detik yang disebut juga nyeri cepat (test pain) dan dirasakan dalam waktu kurang dari satu detik, serta memiliki lokalisasi yang dijelas dirasakan seperti ditusuk, tajam berada dekat permukaan kulit.
- Serabut C, merupakan serabut yang tidak bermielin dengan garis tengah 0,4 –1,2 m/detik disebut juga nyeri lambat di rasakan selama 1 (satu) detik atau lebih, bersifat nyeri tumpul, berdenyut atau terbakar.
Mekanisme Nyeri
- Ionotropik dimana mediator bekerja langsung pada pintu ion ke dalam sel. Ciri transmisi ini adalah proses berlangsung cepat dan masa proses singkat.
- Metabotropik dimana mediator bekerja lewat perubahan biokimia pada membran prosinaps. cirinya lambat dan berlangsung lama.
pada skema peristiwa nyeri dalam nociceptor (noxious receptor ~ reseptor nyeri) nampak bahwa Ca2+ dan cyclic AMP besar sekali peranannya dalam menimbulkan rasa nyeri. Peningkatan kadar Ca2+ dan cAMP intrasel menimbulkan hiperalgesia (keadaan dimana ambang nyeri menurun sehingga mudah timbul rasa nyeri, sekalipun rangsang nyeri masih di bawah intensitas rangsang yang biasa).
FISIOLOGI NYERI :
- Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius àaktivitas elektrik reseptor terkait.
- Transmisi, dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara thalamus dan cortex.
- Modulasi yaitu aktivitas saraf utk mengontrol transmisi nyeri. Suatu jaras tertentu telah diteruskan di sistem saran pusat yang secara selektif menghambat transmisi nyeri di medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh stress atau obat analgetika seperti morfin (Dewanto).
- Persepsi, Proses impuls nyeri yang ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas. bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara mendasar merupakan pengalaman subyektif sehingga tidak terhindarkan keterbatasan untuk memahaminya (Dewanto).RESPON TERHADAP NYERIPeningkatan tekanan darah, Peningkatan denyut nadi, Peningkatan pernapasan, Meningkatkan tegangan otot, Dilatasi pupil, Wajah pucat, diaphoresis, Respon parasimpatis seperti nyeri dalam, berat , berakibat tekanan darah turun nadi turun, mual dan muntah, kelemahan, kelelahan, dan pucat (Black M.J, dkk)
KLASIFIKASI NYERI
- Nyeri akut, nyeri yang berlangsung tidak melebihi enam bulan, serangan mendadak dari sebab yang sudah diketahui dan daerah nyeri biasanya sudah diketahui, nyeri akut ditandai dengan ketegangan otot, cemas yang keduanya akan meningkatkan persepsi nyeri.
- Nyeri kronis, nyeri yang berlangsung enam bulan atau lebih, sumber nyeri tidak diketahui dan tidak bisa ditentukan lokasinya. Sifat nyeri hilang dan timbul pada periode tertentu nyeri menetap.
- Nyeri kulit, adalah nyeri yang dirasakan dikulit atau jaringan subkutis, misalnya nyeri ketika tertusuk jarum atau lutut lecet, lokalisasi nyeri jelas disuatu dermatum.
- Nyeri somatik adalah nyeri dalam yang berasal dari tulang dan sendi, tendon, otot rangka, pembuluh darah dan tekanan syaraf dalam, sifat nyeri lambat.
- Nyeri Viseral, adalah nyeri dirongga abdomen atau torak terlokalisasi jelas disuatu titik tapi bisa dirujuk kebagian-bagian tubuh lain dan biasanya parah.
- Nyeri Psikogenik, adalah nyeri yang timbul dari pikiran pasien tanpa diketahui adanya temuan pada fisik (Long, 1989 ; 229).
- Nyeri Phantom limb pain, adalah nyeri yang dirasakan oleh individu pada salah satu ekstremitas yang telah diamputasi (Long, 1996 ; 229).
Pengelolaan Nyeri
1. Mencegah atau meminimalkan terjadinya sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral
2. Sensitisasi perifer dapat ditekan dengan: anastesi local dan NSAIDs (COX1 atau COX2)
3. Sensitisasi sentral dapat ditekan dengan: Opioid (morfin, petidin, fentanil) dan m agonist (tramadol)
4. Kombinasi keduanya (balans analgesia) : NSAIDs + opioid
- Stimulasi dan Masase Kutaneus.
Terori gate : menstimulasi serabut-serabut yamg menstransmisikan sensasi tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi, impuls nyeri. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui system control desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.
- Terapi es dan Panas.
Terapi es dapat memnurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain. Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segera setelah cedera terjadi. Cohn
dkk. (1989) menunjukkan bahwa saat es diletakkan disekitar lutut segera setelah pembedahan dan selama 4 hari pasca operasi, kebutuhan anlgesik menurun sekitar 50%.
~ Baik terapi panas kering dan lembab kemungkinan memberi analgesia tetapi penelitian tambahan diperlukan untuk memehami mekanisme kerjanya dan indikasi penggunaannya yang sesuai. Penggunaan panas dan dingin harus dipantau.
- Stimulasi araf Transkutan (TENS)
Alat dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan , menggetar atau mendengung pada area nyeri. TENS telah digunakan baik pada nyeri akut dan kronik. TENS diduga dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang menstrasmisikan à gate control
Memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selai pada nyeri, dapat menjadi stategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertnggung jawab pada teknik kognitif efektif lainnya (Arntz dkk.,1991; Devine dkk.)
- Teknik relaksasi.
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri punggung (Tunner dan Jensen, 1993; Altmaier dkk. 1992).
- Imajinasi Terbimbing
Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positf tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan suatu napas berirama lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan.
- Hypnosis
Efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesic yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin membantu dalam memberikan peredaan pada nyeri terutama dalam situasi sulit ( mis., luka bakar ). Mekanisme kerjanya hipnosis tidak jelas tetapi tidak tampak diperantari oleh system endorfin. (Moret dkk.,1991).
No comments:
Post a Comment